Selasa, 28 Mei 2013

Doa Terindah

segala doa terindah bagimu sayangku

bagi kecintaan pada Rabb'mu
bagi kemuliaan akhlakmu
bagi kebaikan dunia akhiratmu
bagi keteguhan juangmu
bagi keberkahan rizkimu
bagi kemanfaatan karenamu
dan bagi setiap hal baik yang luput mama sebut

bukan hanya untuk hari ini
sebab
doa terindah mama untukmu
abadi

sholehah ya sayang..
mama mencintaimu selalu selalu dan selalu



sisipan pict.. akhir pekan kemarin ;)
semoga keluarga kami tetap samara
amienn...

at teluk lombok

at zone 2000

at tanjung laut

Jumat, 10 Mei 2013

In my daughters eyes

sholehah ya nakk.. mamah akan slalu ad di setiap langkahmu
membimbingmu,, mengajarimu, mencontohkanmu
hal2 yg baik tentunya...
i luv u sayang

it's time to singing2.. 
huft walopun papahmu slalu nahan tawa klo mamah nyanyi
padahal suara mamah berkarakter sekali kan...  T_T




In my daughters eyes,
I am a hero,
I am strong and wise and I know no fear
But the truth is plain to see,
She was sent to rescue me
I see who i want to be
In my daughters eyes

In my daughters eyes
Everyone is equal
Darkness turns and the world is at peace
This miracle God gave to me
Gives me strength when i am weak
I see reason to believe
In my daughters eyes

In my daughters eyes
I am a heroI am strong and wise
And i know no fear
But the the truth is plain to see
She was sent to rescue
I see who I want to be
In my daughters eyes

In my daughters eye
sEveryone is equal
Darkness to turns to light
And the world is at peace
This miracle God gave to me
Gives me strength when I am weak
I find reason to believe
In my daughters eyes

When she wraps her hand around my finger
O, it puts a smile in my heart
Everything becomes a little clearer
I realize what life is all about
Its hanging when your heart has had enough
Its giving more when you feel like giving up
I've seen the lightIts in my daughters eyes

In my daughters eyes
I can see the future
A reflection of who i am and what will be
And though she'll grow and someday leave
Maybe raise a family
When I'm gone
I hope you see how happy she made me
I'll be there in my daughters eyes

Rabu, 08 Mei 2013

Edisi hikmah Keluarga ==> semoga bermanfaat

Inspirasi dari sebuah cerita tentang seorang wanita, istri, dan ibu

Katakanlah ada dua orang wanita A & B ==> sama2 istri dan seorang ibu ==> dan ane kenal dengan dua orang ini... karena ane gregetan jadinya tangan ane gatal buat nulis.. ini sekedar share mungkin dpt jd pembelajaran bg ane dan kita semua..tentunya  tanpa ane ikut campur dlm urusan rmh tangga orng.. 

Ane melihat dan miris dimana bisa2nya wanita A menggoda suami si B, astaga padahal ia kenal anak dan istrinya,, Ya Alloh ane ga sanggup ngeliatnya betapa hancur hati dan psikis wanita B apalagi dia juga seorang ibu,, yang bikin ane geleng2 kepala wanita A kehidupan keluarga agak kurang harmonis trus mengumbar keretakan rumah tangganya lewat sosmed hummm mungkin juga ia ceritakan ke orang lain juga,, ane aj yg baca jd eneg.. astaga, astaga dan astaga ga habis fikir ane bukannya masalah kegalauan  rumah tangga dan ranjang seharusnya ga jd konsumsi publik ya sodara2... ane pernah dapet pesan dr ortu ane walopun di rmh ga ad beras sebutir pun jgn sampe org tau.... aisshh semoga Alloh membuka mata wanita A... entah ap yang dicari wanita A ane juga ga habis fikir.... semoga dia masih punya otak buat menjaga harga diri dan kehormatannya,,,

oiya mungkin itu salah satu exampel kongkrit yg ane temui di dunia nyata.. ane dibesarka di keluarga yang harmonis jd mungkin ini terlalu berat buat ane...

Pesan Ane aj.. Ala2 Golden Ways versi ane tentunya

Buat Suami A : Jagalah istrimu pak,,, anda sebagai kepala keluarga harusnya imam dan mengarahkan istri dan anak.. berilah contoh yang baik.. selesaikan masalah keluarga anda.. jgn sampe berlarut2

Buat Wanita A : Malulah.. Lihatlah mata anak anda. segeralah bertobat janganlah mengumbar or curhat tentang masalah pribadi ga pantas.. jgn lagi melakukan hal itu lg karena akan menyakiti hati wanita lain.. kembalillah cintai suami & anak anda karena harta paling berharga di dunia ini adalah keluarga

Buat Suami B : ahhh.. ane ga tau anda sempat tergoda ato ga,, masih ad hati bs membedakan tau kasih sayang sejati n sementara tu ap.. yang pasti di setiap perbuatan pasti ada pertanggungjawabannya kelak..  hmmm.. istri adalah seorang yang menemani anda di kala susah dan senang.. ingatlah perjuangan2 awal anda bersamanya.. ga mngkin tergantikan dengan godaan2 luar.. cintailah dan hargai dia karena dengan begitu anda juga menghargai dan mencintai diri anda dan anak2 tentunya..

Buat Wanita B : heduhhh,, mungkin psikis, jiwa, kepercayaan, hati anda hancur berkeping2 klo liat suami anda ke yg lain.. mngkin btuh waktu lama buat kembali spt semula ato malah tidak bisa.. tetaplah tegar dan kuat karena anda seorang ibu,, pertahankan keluarga anda selagi bisa.. klo suami salah maka luruskan karena itu kewajiban kita sebagai istri,,, klo sudah ga kuat dan terulang2 lagi semua keputusan ada di tangan anda anda pasti tau yg terbaik buat anda dan anak2 anda.. semangat ya bu,,, tetap jaga kehormatan suami diri dan anak,, jgn dendam dan melakukan hal yang sama,,

Buat Anak2 mereka : Taukah sayang kalian hadir di dunia ini dengan keadaan suci bersih jgn sampe kalian terciprati dengan kejelekan yang dilakukan ortu kalian.. semoga selalu ada tawa dan senyum di wajah kalian.. Ane doain.. Amien


inspirasiislami: Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. 

-HR. Muslim-


hikmah buat kami :

SUAMI DAN PUTRIKU
INGATLAH SAYANG KALIAN ADALAH HARTA KU 
YANG PALING BERHARGA...

INSYAALLAH PASTINYA KITA SEMUA AKAN BAIK2 SAJA
I'M PROMISE

SUAMIKU INGAT JANJIMU
KUTAGIH SEMUA SAMPE LUNAS 
GA AD ISTILAH NGUTANG DIKAMUSKU HOHOHO,,,

JAGA HARGA DIRI DAN KEHORMAYAN KITA
BUAT ANAK & DIRI KITA SENDIRI TENTUNYA

YANG PASTI CIUM DAN GENDONG AKU 
SAMPE AJALKU TIBA :)...







Selasa, 07 Mei 2013

GENDONG AKU SAMPAI AJALKU TIBA

Suatu malam ketika aku kembali ke rumah, istriku menghidangkan makan malam untukku, sambil memegang tangannya aku berkata; “Saya ingin mengatakan sesuatu kepadamu.” Istriku lalu duduk disamping sambil menemaniku menikmati makan malam dengan tenang. Dari raut wajah dan matanya kutahu dia sedang memendam luka batin yang membara

Tiba-tiba aku tidak tahu harus memulai percakapan dari mana. Kata-kata rasanya berat keluar dari mulutku. Akan tetapi aku harus membiarkan istriku mengetahui apa yang sedang kupikirkan. Aku ingin sebuah perceraian diantara kami. Aku lalu memberanikan diri untuk membicarakannya dengan tenang. Nampaknya dia tidak terganggu sama sekali dengan pembicaraanku, dia malah balik dan bertanya kepadaku dengan tenang, tapi mengapa?

Aku menolak menjawabnya. Ini membuatnya sungguh marah kepadaku. Dia membuang choptiks di tangannya dan mulai berteriak kepadaku, “engkau bukan seorang laki-laki sejati.” Malam itu kami tidak saling bertegur sapa. Dia terus menangis dan menangis. Aku tahu bahwa dia ingin mengetahui alasan dibalik keinginanku untuk bercerai. Tetapi aku dapat memberinya sebuah jawaban yang memuaskan; “Dia telah menyebabkan kasih sayangku hilang terhadap Jane (wanita simpananku). Aku tidak mencintainya lagi. Aku hanya kasihan kepadanya.”

Dengan sebuah rasa bersalah yang dalam, aku membuat sebuah pernyataan persetujuan untuk bercerai bahwa dia dapat memiliki rumah kami, mobil dan 30% dari keuntungan perusahaan kami. Dia sungguh marah, merobek kertas itu. Wanita yang telah menghabiskan 10 tahun hidupnya bersamaku kini telah menjadi orang asing di rumah kami, khususnya di hatiku. Aku meminta maaf untuknya, untuk waktunya yang telah terbuang selama 10 tahun bersamaku, untuk semua usaha dan energy yang diberikan kepadaku tapi aku tidak dapat menarik kembali apa yang telah kukatakan kepada Jane bahwa aku sungguh mencintainya. Akhirnya dia menangis dengan suara keras di hadapanku yang mana Aku sendiri berharap melihat terjadi padanya. Bagiku tangisannya tidak mempunyai makna apa-apa. Keinginanku untuk bercerai di hati dan pikiranku telah bulat dan aku harus melakukannya saat itu.

Hari berikutnya, ketika saya kembali ke rumah sedikit larut kutemukan dia sedang menulis sesuatu di atas meja di ruang tidur kami. Aku tidak makan malam tapi langsung pergi tidur karena rasa ngantuk yang tak tertahankan akibat rasa capai sesudah seharian bertemu dengan Jane, wanita idamanku saat itu. Ketika terbangun kulihat dia masih duduk di samping meja itu sambil melanjutkan tulisannya. Aku tidak menghiraukannya dan kembali meneruskan tidurku.

Pagi harinya dia menyerahkan syarat-syarat perceraian yang telah ditulisnya sejak semalam kepadaku; Dia tidak menginginkan sesuatupun dariku, tetapi hanya membutuhkan waktu sebulan sebelum percerain untuk saling memperlakukan sebagai suami-istri dalam arti sebenarnya. Dia memintaku dalam sebulan itu kami berdua harus berjuang untuk hidup normal layaknya suami-istri. Alasannya sangat sederhana; “Putra kami akan menjalani ujian dalam bulan itu sehingga dia tidak ingin mengganggunya dengan rencana perceraian kami.”

Aku menyetujui syarat-syarat yang dia berikan. Akan tetapi dia juga meminta beberapa syarat tambahan sebagai berikut; Dalam rentang waktu sebulan itu, aku harus mengingat kembali bagaimana pada permulaan pernikahan kami, aku harus menggendongnya sambil mengenang kembali saat pesta pernikahan kami. Dia memintaku untuk menggendongnya selama sebulan itu dari kamar tidur sampai di muka pintu depan setiap pagi. Aku pikir dia sudah gila. Akan tetapi, biarlah kucoba untuk membuat hari-hari terakhir kami menjadi indah untuk memenuhi permintaannya kepadaku demi meluluskan perceraian kami.

Aku menceritakan kepada Jane (wanita simpananku) tentang syarat-syarat yang ditawarkan oleh istriku. Jane tertawa terbahak-bahak mendengarnya dan berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang aneh dan tak bermakna. Terserah saja apa yang menjadi tuntutannya tapi yang pasti dia akan menghadapi perceraian yang telah kita rencanakan, demikian kata Jane.

Kami tak lagi berhubungan badan layaknya suami-istri selama waktu-waktu itu. Sehingga sewaktu aku menggendongnya keluar menuju pintu rumah kami pada hari pertama, kami tidak merasakan apa-apa. Putra kami melihatnya dan bertepuk tangan dibelakang kami, sambil berkata, wow…papa sedang menggendong mama. Kata-kata putra kami sungguh membuat luka di hatiku.

Dari tempat tidur sampai di pintu depan aku menggendong dan membawanya sambil tangannya memeluk eratku. Dia menutup mata sambil berkata pelan; “Jangan beritahukan perceraian ini kepada putra kita.” Aku menurunkannya di depan pintu. Dia lalu pergi ke depan rumah untuk menunggu bus yang akan membawanya ke tempat kerjanya. Sedangkan aku mengendarai mobil sendirian ke kantorku.

Pada hari kedua, kami berdua melakukannya dengan lebih mudah. Dia merapat melekat erat di dadaku. Aku dapat mencium dan merasakan keharuman tubuh dan pakaianya. Aku menyadari bahwa aku tidak memperhatikan wanita ini dengan saksama untuk waktu yang sudah agak lama. Aku menyadari bahwa dia tidak muda lagi seperti dulu. Ada bintik-bintik kecil di raut wajahnya, rambutnya mulai beruban! Perkawinan kami telah membuatnya seperti itu. Untuk beberapa menit aku mencoba merenung tentang apa yang telah kuperbuat kepadanya selama perkawinan kami.

Pada hari yang ke empat, ketika aku menggendongnya, aku merasa sebuah perasaan kedekatan/keintiman yang mulai kembali merebak di relung hatiku yang paling dalam. Inilah wanita yang telah memberi dan mengorbankan 10 tahun kehidupannya untukku. Pada hari keenam dan ketujuh, aku mulai menyadari bahwa kedekatan kami sebagai suami-istri mulai tumbuh kembali di hatiku. Aku tidak mau mengatakan perasaan seperti ini kepada Jane (wanita yang akan kunikahi setelah perceraian kami). Aku pikir ini akan lebih baik karena aku hanya ingin memenuhi syarat yang dia minta agar nantinya aku bisa menikah dengan wanita yang sekarang aku cintai, si Jane.

Aku memperhatikan ketika suatu pagi dia sedang memilih pakaian yang hendak dia kenakan. Dia mencoba beberapa darinya tapi tidak menemukan satu pun yang cocok untuk tubuhnya. Dia lalu sedikit mengeluh, semua pakaianku terasa terlalu besar untuk tubuhku sekarang. Aku kemudian menyadari bahwa dia semakin kurus, dan inilah alasannya mengapa aku dapat dengan mudah menggendongnya pada hari-hari itu.

Tiba-tiba kenyataan itu sangat menusuk dalam di hati dan perasaanku…Dia telah memendam banyak luka dan kepahitan hidup di hatinya. Aku lalu mengulurkan tanganku dan menyentuh kepalanya.

Tiba-tiba putra kami muncul pada saat it dan berkata, “Papa, sekarang waktunya untuk menggendong dan membawa mama.” Baginya, menggendong dan membawa ibunya keluar menjadi sesuatu yang penting dalam hidupnya. Istriku mendekati putra kami dan memeluk erat tubuhnya penuh keharuan. Aku memalingkan wajahku ke arah yang berlawanan karena takut situasi istri dan putraku akan mempengaruhi dan mengubah keputusanku untuk bercerai pada saat-saat akhir memenuhi syarat-syaratnya. Aku lalu mengangkatnya dengan kedua tanganku, berjalan dari kamar tidur kami, melalui ruang santai sampai ke pintu depan. Tangannya melingkar erat di leherku dengan lembut dan sangat romantis layaknya suami-istri yang hidupnya penuh kedamaian dan harmonis satu dengan yang lain. Aku pun memeluk erat tubuhnya; dan ini seperti moment hari pernikahan kami 10 tahun yang lalu.

Akan tetapi tubuhnya yang sekarang ringan membuatku sedih. Pada hari terakhir, ketika aku menggendongnya dengan kedua lenganku aku merasa sangat berat untuk menggerakkan walaupun cuma selangkah ke depan. Putra kami telah pergi ke sekolah. Aku memeluk eratnya sambil berkata, aku tidak pernah memperhatikan selama ini bahwa hidup perkawinan kita telah kehilangan keintiman/keakraban satu dengan yang lain. Aku mengendarai sendiri kendaraan ke kantorku….melompat keluar dari mobilku tanpa mengunci pintunya. Aku sangat takut jangan sampai ada sesuatu yang membuatku mengubah pikiranku. Aku naik ke lantai atas. Jane membuka pintu dan aku berkata kepadanya, Maaf, Jane, Aku tidak ingin menceraikan istriku.

Jane memandangku penuh tanda tanya bercampur keheranan, dan kemudian menyentuh dahiku dengan jarinya. Apakah badanmu panas? Dia berkata. Aku mengelak dan mengeluarkan tangannya dari dahiku. Maaf, Jane, aku tidak akan bercerai. Hidup perkawinanku terasa membosankan karena dia dan aku tidak memakna secara detail setiap moment kehidupan kami, bukan karena kami tidak saling mencintai satu sama lain. Sekarang aku menyadari bahwa sejak aku menggendong dan membawanya setiap pagi, dan terutama kembali mengingat kenangan hari pernikahan kami aku memutuskan untuk tetap akan menggendongnya sampai hari kematian kami tak terpisahkan satu dari yang lain. Jane sangat kaget mendengar jawabanku. Dia menamparku dan kemudian membanting pintu dengan keras dan mulai meraung-raung dalam kesedihan bercampur kemarahan terhadapku. Aku tidak menghiraukannya. Aku menuruni tangga dan mengendarai mobilku pergi menjauhinya. Aku singgah di sebuah tokoh bunga di sepanjang jalan itu, aku memesan bunga untuk istriku. Gadis penjual bunga bertanya apa yang harus kutulis di kartunya. Aku tersenyum dan menulis; “Aku akan menggendongmu setiap pagi sampai kematian menjemput.”

Petang hari ketika aku tiba di rumah, dengan bunga di tanganku, sebuah senyum indah di wajahku, aku berlari kecil menaiki tangga rumahku, hanya untuk bertemu dengan istiriku dan menyerahkan bunga itu sambil merangkulnya untuk memulai sesuatu yang baru dalam perkawinan kami, tapi apa yang kutemukan? Istriku telah meninggal di atas tempat tidur yang telah kami tempati bersama selama 10 tahun pernikahan kami. Istriku telah berjuang melawan kanker ganas yang telah menyerangnya berbulan-bulan tanpa pengetahuanku karena kesibukanku untuk menjalin hubungan asmara dengan Jane. Istriku tahu bahwa dia akan meninggal dalam waktu yang relatif singkat akibat kanker ganas itu, dan ia ingin menyelamatkanku dari apapun pandangan negatif yang mungkin lahir dari putra kami sebagai reaksi atas kebodohanku sebagai seorang suami dan ayah, terutama rencana gila dan bodohku untuk menceraikan wanita yang telah berkorban selama sepuluh tahun mempertahankan pernikahan kami dan demi putra kami…

----sekurang-kurangnnya, di mata putra kami – aku adalah seorang ayah yang penuh kasih dan sayang….demikianlah makna dibalik perjuangan istriku.

Sekecil apapun dari peristiwa atau hal dalam hidup sangat mempengaruhi hubungan kita. Itu bukan tergantung pada uang di bank, mobil atau kekayaan apapun namanya. Semuanya ini bisa menciptakan peluang untuk menggapai kebahagiaan tapi sangat pasti bahwa mereka tidak bisa memberikan kebahagiaan itu dari diri mereka sendiri. Suami-istrilah yang harus saling memberi demi kebahagiaan itu.

Karena itu, selalu dan selamanya jadilah teman bagi pasanganmu dan buatlah hal-hal yang kecil untuknya yang dapat membangun dan memperkuat hubungan dan keakraban di dalam hidup perkawinanmu. Milikilah sebuah perkawinan yang bahagia. Kamu pasti bisa mendapatkannya, kawan!

Jika engkau tidak ingin membagi cerita ini, pasti tidak akan terjadi sesuatu padamu di hari-hari hidupmu.

Akan tetapi, kita engkau mau membagi cerita ini kepada sahabat kenalanmu, maka satu hal yang pasti bahwa Tuhan sedang menggunakanmu untuk menyelamatkan perkawinan orang lain, terutama mereka yang sekarang mengalami masalah dalam pernikahan mereka.